SITUBONDO – Wali Murid Amar Naji Maulana, Siswa Kelas X Jurusan Perhotelan SMK Negeri (SMKN) 1 Panji Situbondo, Khalinah mengaku keberatan dengan besaran biaya kunjungan industri ke sebuah hotel berbintang yang ada Kota Batu sebesar Rp700 ribu.
Perempuan asal Desa Trebungan, Kecamatan Mangaran ini pun berharap ada keringanan dari pihak sekolah. Sehingga putranya bisa ikut dalam kunjungan industri.
“Kami memang dari keluarga tidak punya, pekerjaan suami saya hanya buruh tani, penghasilan paling besar Rp75 ribu. Saya terang-terangan ini mau pinjam uang ke bank ini demi anak saya,” ujarnya kepada Jurnalis zonaidonesia.co.id di SMKN 1 Panji Situbondo, Kamis, 10 April 2025.
Lebih lanjut, Khalinah menyampaikan, pada akhirnya ia pun memilih meminjam uang ke saudaranya.
“Anak saya maunya ikut, kalau sampai tidak ikut dia bilang tidak mau sekolah lagi, saya sebagai orang tua hanya bisa menangis dan berdoa pada waktu itu berharap ada jalan. Pada akhirnya saya dikasih pinjaman dengan adik Rp700 ribu untuk kunjungan industri ini. Setelah dikasih pinjaman itu saya langsung bayarkan ke sekolah,” imbuhnya.
Sementara itu, Waka Humas SMKN 1 Panji, Lusi Endang menegaskan, pihak sekolah tidak mewajibkan siswa-siswinya ikut kunjungan industri.
“Kami sudah melakukan sosialisasi terkait ini sejak awal peserta didik ini masuk, sehingga mereka bisa menabung dari uang saku. Perlu saya sampaikan jadi kegiatan ini tidak dipaksa, tidak wajib siswa itu ikut. Sampai hari ini ada tiga siswa yang tidak ikut karena memang tidak memiliki biaya,” ucapnya.
Bahkan kata Lusi, ada siswa dari keluarga kurang mampu yang memaksa ikut kunjungan industri.
“Kami pun memberikan solusi pada siswa tersebut yakni piket di Hotel Lotus, jadi ada pengganti uang makannya sebesar Rp10 ribu per hari itu yang ditabung oleh mereka,” tegasnya.
Bagi siswa yang tidak ikut, sambung Lusi, pihak sekolah memberikan opsi kunjungan industri lokal (Situbondo).
“Kemudian kenapa kunjungan industri ini harus keluar kota, salah satunya itu untuk menjalin kerjasama. Sebab, sampai detik ini yang jurusan perhotelan ini kami sering kehabisan stok banyak permintaan dari pihak-pihak hotel tetapi siswa-siswi kami sudah laku (bekerja semua – red). Jadi istilahnya perhotelan dan kuliner ini peringkat satu untuk perekrutan pegawai di hotel-hotel berbintang. Kebetulan di Situbondo sampai saat ini kan belum ada hotel berbintang. Dan sekali lagi kami sampaikan kunjungan industri ini tidak ada kewajiban siswa-siswi untuk ikut,” bebernya.
Di tahun ajaran ini, kata Lusi, siswa-siswi Kelas X SMKN 1 Panji kunjungan industri ke beberapa daerah. Seperti Pasuruan, Batu, Malang dan Bali. Untuk biaya yang kunjungan industri mulai dari Rp400 ribu hingga Rp980 ribu.
“Mayoritas yang sembilan jurusan ke Malang. Bagi wali murid yang keberatan bisa langsung menghubungi wali kelas dan kami pastikan ada solusi dari pihak sekolah,” tuturnya.
Di sisi lain, Legislator Demokrat Janur Sasra Ananda menghimbau kepada pihak pihak sekolah SMK di Kabupaten Situbondo agar memberikan kebijakan khusus bagi siswa-siswi dari keluarga kurang mampu yang ingin ikut program kunjungan industri.
“Sebab, sekarang kan masih masa efisiensi banyak kegiatan-kegiatan yang seremonial itu ditiadakan. Kedua bagi siswa-siswi dari keluarga kurang mampu itu ada kebijakan khusus atau dicarikan lokasi kunjungan industri di Situbondo. Ini sudah bagus ya SMKN 1 Panji sudah memberikan solusi bagi siswa-siswinya yang tidak bisa ikut program kunjungan industri,” katanya.
Janur menyatakan, kunjungan industri memang diperbolehkan, namun yang paling penting penentuan lokasi jangan sampai memberatkan wali murid.
“Yang terpenting program ini tidak memberatkan wali murid,” pungkasnya.