Gus Fawait Paparkan Strategi Peningkatan Pelayanan Publik dan Reformasi Birokrasi Jember Dalam Debat Pilkada

Gus Fawait menyampaikan visi dan misinya dalam debat publik Pilkada Jember, Sabtu (9/11/2024), malam. (Foto: Zainul Hasan)
Gus Fawait menyampaikan visi dan misinya dalam debat publik Pilkada Jember, Sabtu (9/11/2024), malam. (Foto: Zainul Hasan)

JEMBER – Calon Bupati Jember nomor urut 2, Muhammad Fawait atau yang dikenal dengan Gus Fawait, memaparkan visi dan strateginya terkait peningkatan kualitas pelayanan publik dan reformasi birokrasi di Kabupaten Jember pada debat publik kedua Pilkada 2024.

Acara yang berlangsung di Ballroom Cempaka Hotel pada Sabtu malam (9/11/2024) tersebut menjadi panggung bagi Gus Fawait untuk mengkritisi capaian reformasi birokrasi Jember yang dinilainya masih tertinggal dibandingkan kabupaten lain di Jawa Timur.

Dalam debat, moderator menyinggung rendahnya indeks reformasi birokrasi (IRB) Kabupaten Jember, yang pada tahun 2023 berada pada angka 66,61.

Posisi ini masih berada di bawah kabupaten tetangga seperti Banyuwangi dan Situbondo.

Lebih lanjut, moderator mempertanyakan strategi pasangan calon nomor urut 2 untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik sebagai salah satu aspek utama reformasi birokrasi.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Gus Fawait menegaskan pentingnya kepemimpinan yang kuat dan berorientasi pada perubahan demi mengatasi berbagai masalah yang menghambat kemajuan birokrasi dan pelayanan publik di Jember.

“Jember ini sekali lagi adalah kabupaten besar dengan potensi yang besar dan potensi yang luar biasa. Membangun Jember tidak cukup dengan sosok Superman, tetapi kita membutuhkan super team. Namun, super team itu harus memiliki pemimpin dengan leadership yang bagus,” ujar Gus Fawait.

Ia mengkritisi posisi Jember dalam IRB dan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang berada di peringkat rendah.

Menurutnya, peringkat IRB Jember hanya berada di posisi 35 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, sementara SAKIP Jember juga terendah.

“Tidak heran ketika kemiskinan di Jember malah naik bahkan lebih tinggi dibanding era zaman Ibu Faida tahun 2019, pengangguran kita masih tinggi dan ketimpangan kita malah semakin naik. Artinya, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin,” bebernya.

Gus Fawait menjelaskan bahwa timnya telah menyusun langkah-langkah konkret untuk memperbaiki kinerja IRB dan SAKIP di Jember.

Salah satu pendekatan yang ditekankannya adalah penerapan transformasional leadership dan perubahan organisasi.

Dalam pandangannya, pemimpin harus memiliki komitmen untuk mengubah tata kelola birokrasi dan memastikan anggaran APBD fokus pada pengurangan kemiskinan.

“Kami punya APBD yang luar biasa, tapi bahkan dari tahun 2020 hingga 2024, meskipun jumlahnya sudah puluhan triliun, belum berhasil menurunkan angka kemiskinan secara signifikan. Ini menurut saya ada yang tidak tepat,” ujar Fawait.

Selain itu, Gus Fawait juga menyoroti pentingnya kolaborasi antar perangkat daerah dan penerapan sistem merit untuk meningkatkan efektivitas birokrasi.

Sistem merit ini diyakini dapat memaksimalkan potensi sumber daya manusia di lingkup pemerintahan, sehingga pelayanan publik dapat berjalan lebih baik dan tepat sasaran.

“Kami menyiapkan beberapa langkah-langkah konkret, termasuk transformasional leadership, kerja sama antar perangkat daerah, dan sistem merit untuk efektivitas. Contohnya, dalam transformasional leadership, komitmen pemimpin harus berubah. Setiap anggaran APBD harus fokus pada pengurangan kemiskinan yang masih tinggi,” jelas Gus Fawait.

Ia pun mengkritik ketidakefisienan penggunaan APBD selama ini, yang menurutnya sering tidak sinkron dengan tujuan utama pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan sosial di Jember.

“Jangan sampai perencanaan pembangunan tidak baik, kebijakan tidak tepat, yang satu ke barat, yang satu ke timur. Maka, ke depan kami pastikan, di bawah kepemimpinan saya dan Pak Joko, kami akan mengolah birokrasi sebaik mungkin dan melakukan terobosan-terobosan untuk membuat IRB dan SAKIP Jember bisa lebih baik dibanding hari ini,” tutupnya.

Respon (1)

  1. I got what you mean , appreciate it for posting.Woh I am happy to find this website through google. “Since the Exodus, freedom has always spoken with a Hebrew accent.” by Heinrich Heine.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *