I. PENDAHULUAN
Revolusi Industri 4.0 menandai perubahan paradigmatik dalam dunia teknologi dan ekonomi global, yang membawa implikasi yang mendalam bagi berbagai aspek kehidupan manusia. Di tengah arus transformasi ini, pertanyaan tentang implementasi iman dan taqwa menjadi semakin relevan. Iman, sebagai fondasi keyakinan spiritual, dan taqwa, sebagai komitmen untuk hidup taat dan bertanggung jawab di hadapan Allah, menghadapi tantangan baru dalam konteks era yang didominasi oleh kecerdasan buatan, big data, dan konektivitas yang tak terbatas.
Implementasi iman dan taqwa di era Revolusi Industri 4.0 melibatkan refleksi mendalam tentang bagaimana nilai-nilai tersebut dapat memandu individu dan masyarakat dalam menghadapi dinamika teknologi yang terus berkembang. Sebagai manusia yang hidup di zaman ini, kita dihadapkan pada tuntutan untuk tetap kokoh pada prinsip-prinsip moral dan spiritual, sambil memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Dalam tulisan ini, akan dipelajari lebih lanjut bagaimana konsep iman dan taqwa bisa diimplementasikan secara praktis dalam berbagai aspek kehidupan di era Revolusi Industri 4.0. Mulai dari etika dalam penggunaan teknologi hingga tanggung jawab sosial dalam era digital, penekanan akan diberikan pada bagaimana iman dan taqwa tidak hanya relevan, tetapi juga penting dalam membentuk kepribadian dan interaksi manusia di tengah kompleksitas zaman yang terus berubah ini. Dengan demikian, kita akan memahami bahwa iman dan taqwa bukanlah konsep kuno yang usang, melainkan landasan yang kokoh untuk menjawab tantangan-tantangan zaman modern dengan integritas dan moralitas yang tinggi.
II. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis memilih untuk menggunakan metode penelitian kepustakaan. Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi, referensi dan data dari berbagai karya tulis ilmiah, seperti jurnal,buku dan sumber valid lainnya. Tujuan dari metode ini adalah untuk mencari penjelasan yang berkaitan dengan konsep ketuhanan dalam perspektif islam dan menggali tinjauan pustaka yang relevan dengan tema penelitian ini. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan landasan teori yang kuat serta pemahaman yang mendalam mengenai topik yang dibahas.
Penelitian ini secara khusus menganalisis sumber-sumber yang membahas tentang ketuhanan yang maha esa dalam perspektif islam. Analisis dilakukan secara deskriptif, yaitu menguraikan dan menjelaskan berbagai aspek permasalahan berdasarkan informasi yang ditemukan dalam literatur. Melalui analisis ini, penulis berusaha memahami bagaimana pemahaman mengenai ketuhanan yang maha esa dalam perspektif islam.
Setelah mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai sumber, penulis kemudian membuat kesimpulan berdasarkan data yang valid dan sesuai dengan konteksnya. Kesimpulan ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga mengenai pemahaman ketuhanan yang maha esa dalam perspektif islam. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memberikan kontribusi akademis, tetapi juga memiliki implikasi praktis yang dapat membantu para pembaca dalam implementasi konsep ketuhanan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keimanan dan Ketakwaan
Iman memiliki makna secara bahasa yaitu percaya, yang diambil dari arti bahasa arab amana – yu’minu – imanan (Bakhtiar 2013 : 85). Iman merupakan sesuatu yang dipercaya di dalam hati, di ucapkan dengan perkataan dan dilakukan dengan tindakan. Nama lain iman adalah aqidah yang memiliki arti ikatan. Pokok – pokok keimanan terdapat pada rukun iman yang jumlahnya ada enam, yang pertama iman kepada allah, kedua iman kepada malaikat allah, ketiga iman kepada rasul allah, keempat iman kepada hari kiamat dan yang keenam iman kepada qada dan qadar.
- Iman kepada Allah SWT
Iman kepada Allah artinya selalu percaya bahwa semua alam semesta dan isinya merupakan kekuasaan dan ciptaan Allah. Nilai – nilai Iman kepada Allah diantaranya:
- Timbul rasa nyaman dan aman dalam setiap aktivitas dikarenakan selalu merasa dilindungi oleh Allah SWT.
- Selalu terdorong untuk melakukan kegiatan positif untuk mendapatkan Ridho Allah dan menghindari kegiatan negatif dikarenakan percaya allah selalu mengawasinya setiap saat.
- Tidak mudah depresi menghadapi permasalahan yang ada dikarenakan Allah menjamin di setiap permasalahan pasti ada jalannya (Nuryati, 2018)
- Iman kepada Malaikat Allah
Malaikat adalah makhluk yang Allah ciptakan dari Nur (Cahaya) dan memiliki sifat selalu taat menjalankan perintah Allah serta tidak memiliki hawa nafsu seperti manusia. Malaikat tidak diketahui jumlah pastinya, akan tetapi yang wajib kita ketahui ada 10 malaikat, diantaranya malaikat Jibril memiliki tugas untuk menyampaikan wahyu kepada Rasul, malaikat Izrail memiliki tugas untuk mencabut nyawa, malaikat Ridwan memiliki tugas untuk menjaga pintu surga, malaikat malik memiliki tugas menjaga pintu neraka, malaikat Mikail memiliki tugas untuk menyalurkan rezeki, malaikat Israfil memiliki tugas untuk meniup sangkakala, malaikat munkar dan nakir memiliki tugas untuk menanyai manusia di alam kubur, malaikat raqib dan atid bertugas untuk mencatat amal kebaikan dan keburukan manusia (Bakhtiar 2013 : 88).
- Iman Kepada Rasul Allah
Iman kepada Rasul Allah artinya percaya bahwa Allah mengirimkan orang pilihannya untuk menyampaikan perintah Allah dan menjadi suri tauladan bagi umat manusia. Nabi memiliki arti berita yang diambil dari arti kata naba’ dan dalam bentuk transitif anba’an artinya pembawa berita. Menurut Ibn Tahir At-Tamimiy al-Bagdadiy melihat dari hadist dia menyatakan bahwasanya nabi Jumlahnya sebanyak 124.000 sedangkan jumlah rasul sebanyak 315 (Zulaiha, 2016). Di dalam surat al Hajj ayat ke-52 menyebutkan nabi dan rasul secara terpisah. Nabi merupakan orang pilihan allah yang diberikan wahyu dan tidak memiliki kewajiban untuk berdakwah kepada umatnya sedangkan rasul merupakan orang pilihan allah yang diberikan wahyu dan memiliki kewajiban untuk disampaikan dan diajarkan kepada umatnya. Allah memiliki rasul yang jumlahnya sangat banyak, akan tetapi yang wajib kita ketahui sebanyak 25 rasul saja.
- Iman Kepada Kitab Allah
Allah telah menurunkan wahyu berupa kita kepada orang – orang pilihannya. Kitab suci yang wajib kita imani jumlahnya ada empat yaitu Kitab Taurat yang diterima oleh Nabi Musa A.S, Kitab Zabur yang diterima oleh Nabi Daud A.S, Kitab Injil yang diterima oleh Nabi Isa A.S dan Kitab suci terakhir sebagai penyempurna kitab – kitab sebelumnya yaitu kitab suci Al-Qur’an yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW (Bakhtiar 2013 : 90-91). Mengimani Al-Qur’an bukan hanya mempercayainya saja, akan tetapi diimplementasikan dalam aktivitas sehari-hari.
- Iman Kepada Hari Kiamat
Iman kepada hari akhir artinya menyakini bahwa dunia ini suatu saat akan hancur dan setelah kehidupan dunia, kita akan melanjutkan di alam yang kekal dan abadi, yaitu akhirat. Terdapat tahapan-tahapan ketika kita sudah memasuki akhirat diantaranya alam barzakh, yaumul ba’ats, Mahsyar, yaumul hisab, yaumul mizan, shirath, surga dan Neraka (Bakhtiar 2013 : 91). Hal ini memang tidak dapat dibuktikan dengan akal pikiran manusia saat ini, akan tetapi hal ini terdapat pada Al-Qur’an dan hadist yang harus kita imani.
- Iman Kepada Qada dan Qadar
Qada secara bahasa memiliki arti, yaitu ketetapan. Definisi Qada secara istilah dapat diartikan sebagai ketetapan yang telah Allah tentukan sejak zaman azali di lauhul mahfudz. Sedangkan secara bahasa Qadar memiliki arti kepastian. Qadar merupakan perwujudan dari Qada yang sesuai dengan kehendak Allah. Korelasi keduanya yaitu Qada merupakan ketetapan masih bisa diubah oleh manusia melalui usaha dan doa contohjya seperti kekayaan dan kepintaran, sedangkan qadar merupakan pelaksanaan dari Qada dan tidak tidak dapat diubah oleh manusia contohnya adalah kematian. Qada dan Qadar dapat disimpulkan sebagai sebuah perencanaan dan pelaksanaan serta keduanya sering disebut takdir (Wahyudi & Marwiyanti, 2017).
B. Tingkatan Iman
- Taqlid, yaitu kepercayaan mengikuti orang yang dipercaya tanpa memikirkan mengenai apa yang diikutinya.
- Yakin, yaitu tingkat keimanan dimana orang tersebut memiliki dasar dalil yang jelas akan tetapi belum menemukan korelasi antara objek keyakinan dengan dalil yang menjadi dasar tersebut.
- ‘Ainul yakin, yaitu tingkat keimanan dimana orang tersebut memiliki dasar dalil yang rasional dan ilmiah serta dapat menemukan korelasi antara objek keyakinan dengan dalil tersebut.
- Haqqul yakin, yaitu tingkat keimanan dimana orang tersebut memiliki dasar dalil yang rasional dan ilmiah serta dapat menemukan korelasi antara objek keyakinan dengan dalil tersebut. Orang yang telah mencapai tingkat ini dapat memberikan argumentasi yang rasional serta merasakan keyakinannya dalam menjalankan agamanya
C. Korelasi Iman dan Takwa
Takwa merupakan tingkat tertinggi dari tingkatan keimanan seseorang. Ketika seseorang memiliki keimanan yang sudah tinggi maka orang tersebut berada dalam tingkatan takwa. Orang yang bertakwa selalu menjadikan al-qur’an dah hadist sebagai pedoman dalam menjalani hidupnya serta selalu menjauhkan diri dari perbuatan tercela yang telah dilarang oleh agama.
D. Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Sehari-hari
Iman dalam agama Islam merujuk pada pengertian keyakinan yang sangat kuat terhadap ajaran agama Allah SWT dan rasulnya, serta semua ajaran yang tertuang pada Al Qur’an dan Sunnah nya. Taqwa di sisi yang lain adalah mengacu pada kesadaran yang mendalam pada Allah SWT sehingga seseorang atau umat nya enggan dalam melakukan hal hal yang dilarang dalam agama seperti melakukan dosa dan senantiasa melakukan hal hal yang shaleh.
Iman sendiri bukanlah hanya kepercayaan yang masif, tetapi iman juga mengharuskan dalam implementasi tindakan nya. Dalam tindakannya mencangkup dalam pelaksanaan ibadah, penegakan nilai nilai moral, serta adanya upaya untuk memperbaiki diri ke arah yang lebih baik. Taqwa sendiri merupakan hasil dari iman yang hidup, di dalamnya memiliki kesadaran yang mendalam akan keberadaan dari Allah SWT dalam aspek kehidupan sehari-hari. Taqwa mendorong seseorang untuk menjauhi dari perbuatan dosa dan senantiasa menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan mengamalkan amal saleh.
Secara terminologis takwa didefinisikan sebagai pelaksanaan segala perintah Allah dan menghindari kegiatan-kegiatan yang dilarangnya (Zakky, 2023). Taqwa melibatkan adanya kesadaran dalam diri Manusia. Manusia seakan tersadar bahwa di hidupnya diawasi oleh adanya sang pencipta, manusia memiliki kesadaran dalam kehidupan melakukan hal yang konstan terhadap Allah baik dalam keadaan terbuka maupun tertutup. Manusia seakan menyadari bahwa harus melakukan aktivitas dengan bertindak sesuai dengan petunjuk dari Allah SWT. Hal ini tentu berdampak positif sehingga seseorang dapat menjauhi dan menghindari niat untuk bermaksiat dan berusaha untuk memperbaiki diri secara konstan.
Iman dan taqwa tentu saling melengkapi satu sama lain. Iman yang menjadi dasar dari yang menggerakkan seseorang untuk bertindak sesuai dengan ajaran agamanya, sementara taqwa menjadi pengarah yang memastikan tindakan tersebut selalu terjaga dari adanya dosa dan dilakukan dengan niat yang tulus. Maka dari itu iman dan taqwa merupakan dua konsep dasar yang penting dalam Islam yang berfungsi untuk membentuk dari pondasi spiritual dan modal yang baik bagi seorang muslimin dan muslimah.
Penulis: Muhammad Erfan Muktasim Billah (Dosen FH Universitas Jember)